DI DUNIA ini ada beberapa orang gila yang menjadi penguasa, salah satunya adalah Hitler yang mati bunuh diri karena semua kegagalannya. TETAPI perlu diingat bahwa Hitler adalah seorang MANIAK dan DIKTATOR yang ‘CERDAS’.
Para ‘maniak’ atau orang sakit jiwa di dunia ini, memiliki beberapa kategori; Salah satunya adalah tindakan seorang maniak yang secara berlebihan menggunakan media sosial sebagai pelampiasannya untuk menyakiti orang lain. Bentuknya bisa berbagai macam, mulai dari kritik, sinisme, cacian, dan makian.
Kenapa seseorang sanggup untuk melakukan hal itu? Alasannya sederhana, kegagalan demi kegagalan dapat membuat seseorang mengalami DEPRESI, STRESS dan menjadi sakit jiwa secara PERMANEN.
Seseorang bisa memiliki mimpi dan AMBISI, tetapi di saat dia ‘teramat-sangat’ ingin untuk mencapai puncak dan malah terjatuh — ITULAH TITIK dimana ‘JIWA’nya TERBENTUR.
Sebagai contoh, sebut saja FARHAT ABBAS, sebagai seorang ‘maniak’ di media sosial, dia sangat memanfaatkan ‘HAK’ nya untuk bebas berbicara. Meskipun SOMASI demi SOMASI sudah dia dapatkan, mulai dari gelar terlapor sampai tersangka.
Ada banyak orang yang tidak melihat hal ini:
Seorang Farhat Abbas tidak bisa dikatakan cerdas, hanya karena dia memanfaatkan media sosial sebagai alat pendongkrak popularitas. KEGAGALAN seorang Farhat Abbas di dunia POLITIK, membawa sebuah kekecewaan terbesar di dalam hidupnya.
Awalnya dia memposisikan diri sebagai ‘Suami’ muda dari Nia Daniati, kemudian sebagai ‘PENGACARA para selebritis’, setelah itu menjadi banyak ‘makelar’ kasus, terutama untuk kasus-kasus yang berhubungan dengan NARKOBA dan perjudian.
Popularitasnya meningkat sebagai seorang pengacara ‘muda’, lalu dia menemukan beberapa pengikut/pegawainya yang juga masih muda. Sebagai pengikut, beberapa orang ini pasti ‘menganggap’ bahwa Farhat Abbas adalah contoh dari: ‘Sukses di usia muda’.
Masalahnya adalah cara ‘mereka’ memandang sebuah kesuksesan hanya melalui hal-hal yang material. Dan di saat itu Farhat Abbas sedang memiliki beberapa ‘kasus selebritis (perceraian) dan narkoba’. Kasus-kasus itu membuat dia memiliki materi yang ‘cukup’ untuk terus mengumpulkan FANS.
SAMPAI Farhat Abbas menemukan TWITTER, dan mendapatkan pendukung lebih banyak, SEBUT SAJA ‘followers’. Tidak menutup kemungkinan dia memiliki ‘follower gratis dan follower beli’.
Setelah menjadi FAKE HITLER di Dunia Maya, entah bagaimana seorang Farhat Abbas memiliki ambisi untuk menjadi seorang Calon Presiden. Sedangkan menurut banyak orang, “Kurang ajar banget yang ngasih wangsit.”
Menjadi Capres adalah hak setiap orang asalkan memiliki kapabilitas dan ‘kewarasan’. Kesadaran inilah yang tidak dimiliki oleh Farhat Abbas dan rekan-rekan ‘AkuIndonesia’ nya. Kritikannya untuk Ariel dan Ahmad Dhani pun sudah sangat keluar dari batas wajar, sebut saja SENSASI.
Dan Farhat Abbas sudah tidak berani menyentuh Bpk. Ahok, WaGub DKI Jakarta, karena dukungan warganya. Rencana FARHAT ABBAS memasuki DUNIA POLITIK pun selalu mengalami kegagalan: Bupati Kolaka Gagal, Calon Legislatif gagal. Hanya TWITTER-lah media untuk melampiaskan nafsu politik Farhat Abbas yang tidak pernah tercapai (STRESS).
STASIUN TV hanyalah KAPITALIS yang memanfaatkan Farhat Abbas yang sedang STRESS, dan itu adalah hal yang sangat ‘wajar’ untuk media-media Indonesia (Para produser TV Nasional). Dan TWITTER hanyalah alat untuk Farhat Abbas ‘memperkenalkan’ dirinya sebagai DURI dalam Daging untuk Indonesia. Selain itu Farhat Abbas hanyalah:
“Badut Partai Politik, sebuah kamuflase untuk menutupi borok dengan borok.”
YANG TADINYA MENDUKUNG tapi belakangan terlihat jelas dukungan mereka berubah menjadi ‘memanfaatkan’;
“Om mention lagi dong, kritik aku dong… biar aku ikut tenar kaya Om @farhatxxxxxxxx.”
“Saya suka gaya anda bung @farhatxxxxxxxx. (Tolong retweet twit saya om)”
Kenapa mereka senang sekali memanggil Farhat Abbas di twitter?
Sederhana, mungkin karena mereka memang ‘sakit jiwa’ juga. Tidak SEDIKIT orang yang membutuhkan perhatian di DUNIA MAYA atau MEDIA SOSIAL.
Dengan mention (menyebut nama) Farhat Abbas, maka mereka akan dijadikan pusat perhatian oleh para ‘follower’ yg lain. Dan tidak kecil kemungkinan mereka ikut dimaki oleh orang yang tersinggung.
‘Kritikan’ nya yang tidak berdasar dan valid untuk Walikota Bandung dan Warganya sangat mengganggu sekalipun banyak orang tidak menonton atau membaca twitternya. Dan KOMISI PENYIARAN INDONESIA cuma bisa tulis surat tanpa berbuat apapun. SUDAH SAATNYA ORANG BODOH DILARANG MASUK TV.
DAN SUDAH SAATNYA ORANG BODOH DI-UNFOLLOW.